Sabtu, 03 Juli 2010

My Teacher - Part 1-



In My Memoriam.. My Teacher ( Part I )
 Almarhum Sir Mauludi, My Best English teacher i ever had...
Photobucket
Sewaktu aku masih duduk dikelas 1 SMA, baru pertama kali aku menemukan seorang guru yang unik, perfikiran luas, high dedicated, selalu berfikiran “out of the box” dan yang pasti dia seorang guru yang inspiratif dan “Have a free mind of everything, just flow it like fantasy”.

Guruku itu, seseorang yang mengajar Bahasa Inggris, yang mungkin bagi sebagian besar teman-temanku yang bersekolah di Yayasan Kunzhong bukanlah pelajaran yang sulit, sesulit Fisika, karena jujur, hampir semua teman-temanku, termasuk aku sudah punya basic English yang bagus. Hal itu karena kami dibekali dengan banyak les English, sehingga bagi kami, guru Bahasa Inggris di sekolah hanya cukup memberikan materi formal dan nilai, tidak perlu mengajar karena kami sudah mengerti duluan. Lagipula, materi pembelajaran Bahasa Inggris tingkat SMA selalu saja mengulang materi di tingkat SMP, sehingga membuat kami bosan...
Ternyata, hal itu sangat dipahami oleh guruku yang satu ini. Dia enggak pernah membuat kelas Bahasa Inggris membosankan seperti materi kurikulumnya. Pak Mau, sapaan kami untuknya, selalu memberikan kelas yang “Outstanding”. Dia enggak mau membuat murid-muridnya hanya diam duduk dibangku, memperhatikan penjelasan yang membosankan sehingga membuat mood belajar hilang.
Pak Mauludi selalu memberikan games yang mengasyikkan, jadi kami bisa bermain sekaligus belajar. Dia juga selalu memberikan kisah-kisah pengalaman hidupnya yang inspiratif. Aku heran dengannya, kenapa dia bisa begitu luwes bercerita, sama seperti papaku. Dia bisa bercerita dengan sangat hidup! Ia membuat sebuah cerita seolah-olah miliknya seorang dan membagikannya kepada kami yang juga membuat kami seolah-olah berada di dalam ceritanya.
Ada satu cerita inspiratif yang enggak akan aku lupakan, yaitu kisah cintanya. Perjalanan cintanya dengan istri tercintanya, Guru Matematika jurusan IPS.
Dia adalah seorang muslim, dan istrinya seorang Kristiani. Dia dulu bisa dikatakan pemuda yang beruntung, karena banyak wanita di kampusnya yang mengejarnya. Tetapi, cintanya hanya tertuju pada seorang wanita, wanita yang sangat judes, culas dan enggak ramah sama sekali. Tapi baginya, seorang pasangan haruslah saling melengkapi dan mengisi kekurangan masing-masing. Ia enggak akan memilih pasangan yang sama popularitasnya dengan dia, dia enggak akan memilih pasangan yang memiliki hobi yang sama, dia enggak akan memilih pasangan yang perperilaku mirip dengannya, dia enggak akan memilih pasangan yang selalu bagus tampilan luarnya dan dia enggak akan memilih pasangan yang sama agamanya! Nah, ini yang membuat aku terkejut. Kenapa Pak Mau mau memilih pasangan yang enggak sejalan imannya? Dan inilah jawabannya :
“ Di dunia ini, tidak boleh ada yang sama. Semua nya diciptakan Tuhan unik dan berbeda-beda... Agama boleh beda, tetapi ajaran dan Tuhan yang disembah hanya satu, yaitu Allah.. yang kita semua belum tentu bisa melihat wujud dan rupanya. Tapi yang jelas, apapun agamanya, selama manusia itu baik menjalaninya, itu tidak masalah”
Menurutku, hal itu sah-sah saja. Karena pada kenyataannya, Pak Mauludi dan Istrinya tetap mendapat restu dari kedua pihak keluarga, walaupun .. yah dengan perjuangan keras mereka juga. Mereka menikah hanya dicatatan sipil, tidak sesuai agama, karena baik Pak Mau dan Istrinya tidak mau saling berpindah agama, karena menurut Pak Mau itu justru dosa yang sangat berat. Baginya, agama bukanlah halangan untuk mempersatukan dua manusia yang saling membutuhkan demi masa tuanya. Dan, hasilnya.. Pak Mau dan Istrinya bisa hidup berdampingan dengan rukun dan dikarunia 3 orang anak perempuan yang diberi kebebasan pula untuk menentukan agamanya.
Waktu itu, kami diperlihatkan di slide foto-foto pernikahan mereka yang digelar dengan adat Jawa. Wah, betapa besarnya hati dan pemikiran Pak Mau ya. Pasti dunia ini akan indah jika semuanya bisa berfikir, kalau agama bukanlah segalanya, melainkan iman. Imanlah yang membuat seseorang lebih baik, sedangkan agama, agama hanyalah sarana dan fasilitas kita untuk menumbuhkan iman.
Selain kisah cintanya, Pak Mau juga sering berbagi pengetahuan sehubungan dengan hobinya, yaitu fotografer. Ya! Aku juga sangat menyukai hobi yang satu ini. Tetapi, sayangnya aku masih harus menabung untuk membeli kamera idamanku. Pak Mau memiliki koleksi foto yang menakjubkan! Bayangkan, dia bisa menjepret satu pemandangan yang indah dan itu jelas terlihat di setitik embun pagi! Menurutku, hasil jepretannya yang satu itu merupakan “His True Masterpiece!”.
Keunikan guruku yang satu ini juga adalah, hampir disetiap kelasnya, dia jarang sekali memberikan tugas ( Yah, inilah yang paling disukai semua murid di seluruh dunia , “ Free School Tasks!” hehehe..). Lalu, bagaimana dia bisa menilai rapor kami? Cukup dengan selalu berbahasa inggris di kelas dan menulis cerita inspiratif dan pengalaman hidup kita yang nantinya kita bisa share dengan dia dan teman-teman. Unik kan? Malah, sepertinya seingatku, selama dia mengajar, seperti mengerjakan tugas Inggris yang invisible dan nilai rapor yang invisible ( tetap lulus kok dan nilainya bagus, walaupun aku bingung darimana nilaiku itu didapat?!!! ).
Dan, satu hal yang selama aku menjalani hidupku dan ini Real! Aku enggak pernah menangisi kepergian seseorang untuk selama-lamanya sampai berhari-hari lamanya dan begitupun seluruh guru dan teman-temanku. Aku juga heran, kenapa aku merasa begitu kehilangan dia? Padahal, dia bukan sanak keluarga dan bisa dikatakan aku jarang berbicara banyak dengannya. Mungkin ini karena kekagumanku yang sangat besar kepadanya. Sama dengan disaat kepergian Almarhum Gusdur, aku juga sangat terpukul.
Aku enggak mengetahui persis, kapan dan bagaimana dia menjalani hari-harinya selama dia sakit. Penyakit yang ganas dan begitu mengerikan. Penyakit yang juga merenggut Almarhumah Mak’tuaku atau tanteku. Penyakit yang belum ada penyembuhannya, Leukimia atau kanker darah.
Beberapa hal yang aku ingat. Saat dia mulai masuk perawatan di rumah sakit, hari itu seharusnya dia mengajar, tapi dia enggak datang. Kami semua sudah menunggunya dan ingin mendengar cerita-ceritanya yang lain. Kemudian datanglah seorang guru pengganti. Dia sama sekali enggak seasyik Pak Mau! Dia memberikan banyak tugas dan bertindak sangat otoriter! Sehingga membuat kami semua jenuh dan malas belajar bahasa inggris beberapa hari berikutnya.
Sampai beberapa hari kemudian, aku masih tidak tahu alasan mengapa Pak Mau enggak masuk. Hingga kemudian, temanku memberitahukan kalau Pak Mau masuk ICU dan harus dirawat intensif karena Leukimianya kambuh lagi. Saat itu aku sangat terkejut, karena aku dan teman-teman lain memang enggak tahu, ternyata Pak Mau mengidap penyakit mematikan itu. Karena, selama ia mengajar kami, dia enggak pernah terlihat lemah apalagi sakit. Dia selalu ceria dan tersenyum.
Sejak mengetahui itu, aku menjadi semakin miris. Dia selalu tertawa dan enggak pernah menunjukkan dirinya kalau dia sakit. Dia itu, tipe guru yang paling aku suka dan tentunya, semua orang yang mengenalnya akan mengagumi dan menyayanginya. Dia selalu bisa membuat suasana hangat dan menggembirakan. Ya.. itulah Pak Mau.
Seminggu, dua minggu, hingga berbulan-bulan, Pak Mau tetap enggak masuk. Sampai suatu hari, ada kakak kelas dari OSIS datang ke kelas kami sambil membawa kotak sumbangan. Aku enggak pernah menggubrisnya walaupun tetap menyumbang sekedarnya, tetapi waktu diumumkan kalau sumbangan itu untuk penyembuhan Pak Mau, tentu saja.. aku langsung mengeluarkan berapapun dari dompet tipisku, begitupun teman-temanku.
Kemudian, beberapa hari setelah itu, kami semua mendapat berita yang benar-benar tidak ingin kami dengar, karena terus terang, kami ingin Pak Mau kembali mengajar dan selalu berdoa untuk kesembuhannya.
“ Hei!! Kalian semua!! Ada kabar buruk!!!! “ itu teriakan pertama yang aku dengar ketika temanku datang ke kelas sambil terengah-engah.
“Kalian semua jangan kaget ya.. Pak Mau meninggal dunia...pagi tadi.....”
Ketika kami semua mendengar berita itu, kelas menjadi hening..
Keringat dingin langsung mengucur dari seluruh badanku dan aku bisa merasakan pikiranku saat itu langsung kacau dan badanku limbung..
Ternyata, saat itu, Tuhan tidak mengabulkan doa kami semua. Mungkin ini yang terbaik baginya, dia harus menyudahi seluruh penderitaan raganya di usianya yang ke 36 ( Kalau aku tidak salah ingat). Usia yang masih begitu muda untuknya dan ia masih ingin banyak berkarya untuk dirinya dan orang lain. Masih banyak cita-cita yang belum ia wujudkan. Ia pun meninggalkan istri dan ketiga putrinya.
Tidak ada kesedihan di raut wajah istrinya. Hanya ketegaranlah yang berbekas di hatinya disamping masih memerah matanya karena menangis. Saat pemakaman Pak Mau, ban mobil yang membawanya bocor dan badannya terasa berat saat akan dimakamkan, menandakan bahwa begitu banyak orang yang tidak merelakan ia pergi secepat itu. Hujan yang sangat deras pun mengiringi kepergiannya, menunjukkan betapa banyak air mata tercurah untuknya, kesedihan yang mendalam dari semua orang yang pernah mengenalnya.
Tetapi, ada satu hal lagi yang tidak akan aku lupakan seumur hidupku...
Disaat pelajarannya lah..
Ketika ia meminta membuat kelompok belajar untuk menyelesaikan tugas “Perkenalan Diri”..
Aku menemukan seseorang yang hingga saat ini, selalu mengisi hatiku...
Dan jika aku mengingat hal ini...
Hatiku pasti akan teriris kenangan lama lagi..
Yah,
Kita tidak akan pernah tahu kapan kita akan dipanggil oleh Yang Maha Kuasa..
Hanya saja, yang perlu kita tahu adalah..
Apakah kita sudah pantas untuk Dia panggil?
Selamat Jalan Pak Mau..
Beristirahatlah dengan tenang di sana..
Terima kasih..
Jasamu dan kebaikanmu takkan aku lupakan..
Selamanya..
*Mengenang 3 tahun kepergian Almarhum Pak Mauludi... he is my BEST TEACHER i ever met!*
Photobucket


0 komentar on "My Teacher - Part 1-"

Posting Komentar

 

It's me...

Foto saya
Just an ordinary girl.. nothing special.. ^^
Photobucket

Coffee and Pastels From me to you Copyright 2010 All links in this blog just taken from another site and already exist at there or already uploading. Coffee and Pastels does not host any links here.Updating links every weeks. Thank you for visiting Coffee and Pastels personal blog. Designed by Here Image by Tadpole's Notez